Friday, September 28, 2012

Makalah Hakekat Pendidikan dipandang dari pendekatan filosofis

Sejarah dan Sistem Pendidikan
Hakekat Pendidikan dipandang
dari pendekatan filosofis



Disusun Oleh :

  1. Alfian Eko (201233168)
  2. Swastantika K. (201233178)
  3. M Zidni Ilman (201233179)
  4. Fitri Puji Astuti (201233180)
  5. Siti Zumrotun (201233181)
  6. Nur Rohmah (201233183)



PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MURIA KUDUS
2012
BAB I
PENDAHULUAN

  1. LATAR BELAKANG
Manusia sebagai mahluk yang diberikan kelebihan oleh Allah Subhanaha watta’alla dengan suatu bentuk akal pada diri manusia yang tidak dimiliki mahluk Allah yang lain dalam kehidupannya, bahwa untuk mengolah akal pikirnya diperlukan suatu pola pendidikan melalui suatu proses pembelajaran.
Pendidikan ini dialami oleh semua manusia dari semua golongan. Tetapi seringkali orang melupakan makna dan hakikat pendidikan itu sendiri Masalah-masalah pendidikan tidak hanya menyangkut pelaksanaan pendidikan, yang hanya terbatas pada pengalaman. Dalam pendidikan akan muncul masalah-masalah yang lebih luas, lebih dalam, dan lebih kompleks, yang tidak terbatasi oleh pengalaman maupun fakta faktual, dan tidak memungkinkan untuk dijangkau oleh ilmu.
Sebagai calon guru yang professional kita harus memahami makna arti dan peranan hakekat di dalam pembelajaran sekolah. Tidak kalah pentingnya makna dari hakekat pendidikan dipandang dari pendekatan filosofis yang menitikberatkan hakekat seorang anak sebagai proses pendidikan. Karena anak telah mempunyai kemampuan – kemampuan yang dilahirkan dan tinggal dikembangkan saja

  1. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian tersebut di atas dapatlah disusun permasalahan sebagai berikut : Bagaimana hakekat Pendidikan dipandang dari pendekatan filosofis

  1. TUJUAN
Dari rumusan masalah tersebut di atas maka akan diketahui tujuan dari penulisan masalah ini yaitu Mengetahui hakekat pendidikan khususnya dipandang dari pendekatan filosofis

BAB II
PEMBAHASAN
  1. Pengertian Hakekat pendidikan
Hakikat pendidikan ialah berkenaan dengan hakikat manusia. Dalam pendekatan ini keberadaan peserta didik dan pendidik tidak terlepas dari makna keberadaan manusia itu sendiri. Berbagai pendekatan mengenai hakikat pendidikan dapat digolongkan atas dua kelompok besar  yaitu:
Hakikat pend secara umum dapat digolongkan atas dua kelompok besar yaitu
Pendekatan Reduksionisme dan Pendekatan Holistik Integratif
a)      Pendekatan Reduksionisme
Pendekatan pedagogisme ( Menganggap bahwasanya anak itu lahir sudah mempunyai kemampuan-kemampuan, dan kita tinggal mengembangkannya / Nativisme )
Pendekatan Filosofis ( Ilmu Pendidikan melihat hakikat anak sebagai titik tolak proses pendidikan )
Pendekatan Religius ( Hakekat Pendidikan menekankan kepada pendidikan untuk mempersiapkan peserta didiknya ke kehidupan akherat )
Pendekatan Psikologis ( Mereduksi Ilmu Pendidikan menjadi ilmu belajar dan mengajar )
Pendekatan Negativis ( segala sesuatu seakan-akan telah tersedia di dalam diri anak yang akan tumbuh dengan baik apabila tidak dipengaruhi oleh hal-hal yang merugikan pertumbuhan anak tersebut )
Pendekatan Sosiologis ( Hakikat Pendidikan itu kepada keperluan hidup bersama dalam masyarakat )
b)     Pendekatan Holistik Integratif
Hakekat Pendidikan adalah suatu proses menumbuhkembangkan eksistensi peserta didik yang memasyarakat, membudaya, dalam tata kehidupan yang berdimensi lokal, nasioanla, dan global. Hakekat Pendidikn tersebut mempunyai komponen-komponen sebagai berikut:
  Pendidikan merupakan suatu proses kesinambungan ( Pendidikan tidak behenti berkembang ketika peseta didik menjadi dewasa tetapi akan terus menerus berkembang selama terdapat interaksi antara manusia dengan lingkungan)
  Proses Pendidikan berarti menumbuhkembangkan eksistensi manusia ( Keberadaan Interaktif )
  Eksistensi Manusia yang Memasyarakat ( Adanya unsur Ibu, orang tua, pendidik formal, dan pendidik nonformal )
  Proses Pendidikan dalam Masyarakat yang Membudaya ( Nilai – nilai yang perlu dihayati, dilestarikan, dikembangkan, dan dilaksanakan oleh masyarakat, kemudian memunculkan nilai-nilai baru)
  Proses Bermasyarakat dan Membudaya mempunyai Dimensi-dimensi Waktu dan Ruang ( Mempunyai aspek-aspek Historis, Kekinian, dan Visi Masa Depan )

  1. Pengertian Pendekatan filososfis
Pendekatan Filosofis ( Ilmu Pendidikan melihat hakikat anak sebagai titik tolak proses pendidikan ). Anak manusia mempunyai hakekatnya sendiri dan berada dengan hakekat orang dewasa. Oleh sebab itu proses pendewasaan aanak bertitik tolak dari anak sebagai anak manusia yang mempunyai tingkat perkembangan sendiri.

  1. Pengertian Hakekat pendidikan dipandang dari pendekatan filosofis
Titik tolak dari teori ini ialah anak yang akan dibesarkan menjadi manusia dewasa. Pendekatan filosofis terhadap pendidikan adalah suatu pendekatan untuk menelaah dan memecahkan masalah-masalah pendidikan dengan menggunakan metode filsafat. Pengetahuan atau teori pendidikan yang dihasilkan dengan pendekatan filosofi disebut filsafat pendidikan. Menurut Henderson (1959), filsafat pendidikan adalah filsafat yang diterapkan/diaplikasikan untuk menelaah dan memecahkan masalah-masalah pendidikan.
Pendekatan filosofis untuk menjelaskan suatu masalah dapat diterapkan dalam aspek-aspek kehidupan manusia, termasuk dalarn pendidikan. Filsafat tidak hanya melahirkan pengetahuan baru, melainkan juga melahirkan filsafat pendidikan. Filsafat pendidikan adalah filsafat terapan untuk memecahkan masalah-masalah pendidikan yang dihadapi. John Dewey (1964) berpendapat bahwa filsafat merupakan teori umum tentang pendidikan. Filsafat sebagai suatu sistem berpikir akan menjawab persoalan-persoalan pendidikan yang bersifat filosofis dan memerlukan jawaban filosofis pula.
Hakikat pendidikan tidak akan terlepas dari hakikat manusia, sebab urusan utama pendidikan adalah manusia Wawasan yang dianut oleh pendidik dalam hal ini guru, tentang manusia akan mempengaruhi strategi atau metode yang digunakan dalam melaksanakan tugas-tugasnya. Disamping itu konsep pendidikan yang dianut saling berkaitan erat dengan hakikat pendidikan.
Beberapa asumsi dasar yang berkenaan dengan dengan hakikat pendidikan tersebut dinyatakan oleh Raka Joni sebagai berikut.
1.      Pendidikan merupakan proses interaksi manusia yang ditandai oleh keseimbangan antara kedaulatan subjek didik dengan kewibawaan pendidikan.
2.      Pendidikan merupakan usaha penyiapan subjek didik menghadapi lingkungan hidup yang mengalami perubahan yang semakin pesat.
3.      Pendidikan meningkatkan kualitas kehidupan pribadi dan masyarakat.
4.      Pendidikan berlangsung seumur hidup.
5.      Pendidikan merupakan kiat dalam menerapkan prinsip-prinsip ilmu pengetahuan dan teknologi bagi pembentukan manusia seutuhnya.
Pada dasarnya pendidikan harus dilihat sebagai proses dan sekaligus sebagai tujuan. Asumsi dasar pendidikan tersebut memandang pendidikan sebagai kegiatan kehidupan dalam masyarakat untuk mencapai perwujudan manusia seutuhnya yang berlangsung sepanjang hayat








BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

  1. KESIMPULAN
Jadi, hakekat pendidikan dipandang dari pendekatan filosofis adalah proses hidup manusia untuk mencapai tujuan hidup dengan belajar yang ditelaah dari hakekat anak sebagai titik proses pendidikan . Sangat penting pendidikan dimulai anak sejak dini karena langsung cepat proses perkembangannya
  1. SARAN
  1. Anak usia dini harus diberi motivasi supaya anak bisa mengembangkan kemampuannya. Motivasi sejak dini akan membuat anak ingin lebih maju dengan kemampuan yang dimiliki.
  2. Sejak lahir, potensi yang dimiliki anak harus ditumbuhkembangkan.

Daftar Pustaka

Munib, Achmad. 2009. Pengantar Ilmu Pendidikan. Semarang: Unnes Press
Wahyudin, Dinn.2008. Pengantar Pendidikan. Jakarta:Universitas Terbuka

Makalah Perkembangan Bahasa Anak

PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK






Tugas makalah ini disusun guna memenuhi tugas kelompok
dan guna mendapatkan nilai di awal semester1
Pendidikan Guru Sekolah Dasar – D
Angkatan 2012 / 2013




Disusun Oleh :
  1. M. Anang Jamaludin (201233145)
  2. Tiffani Utami Putri (201233165)
  3. Swastantika K. (201233178)
  4. Defiriyana (201233187)






BAB I
PENDAHULUAN

  1. LATAR BELAKANG

Banyaknya faktor yang turut berpengaruh dan terjadi dalam proses perkembangan menjadikan perkembangan seorang individu tersebut mengalami perubahan yang kompleks. Dari unsur-unsur bawaan hingga unsur-unsur pengalaman yang diperoleh dalam berinteraksi dengan lingkungan sama-sama memberikan kontribusi tertentu terhadap arah dan laju perkembangan anak tersebut
Guru SD diharapkan mempunyai pemahaman konseptual tentang perkembangan dan cara belajar anak di sekolah dasar yang meliputi gambaran tentang bagaimana mereka berkembang, Pemahaman konseptual tersebut mencakup tentang karakteristik perkembangan anak usia SD dalam berbagai aspek fisik biologis, kognitif, bahasa, dan psikososial.
Perkembangan bahasa atau komunikasi pada anak merupakan salah satu aspek dari tahapan perkembangan anak yang penting . Anak yang memiliki keterampilan berbahasa yang bagus akan mudah bergaul dan bersosialisasi. Pada saat kita telah mempelajari banyak hal tentang bagaimana anak anak berbicara dan mengerti, sangat sedikit yang kita ketahui mengenai proses aktual perkembangan bahasa
Kemampuan anak usia sekolah dasar dalam berbahasa akan terus berkembang, dari mulai satu kalimat, dan seterusnya. Untuk itu perlu kita telusuri apa saja perkembangan bahasa yang dialami oleh perserta didik. Tentunya bagi sorang guru itu perlu mengetahui bagaimana perkembangan bahasa perserta didiknya

  1. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian tersebut di atas dapatlah disusun permasalahan sebagai berikut “Bagaimana proses dan pola perkembangan bahasa seorang anak?”

  1. TUJUAN PENULISAN

Dari rumusan masalah tersebut di atas maka akan diketahui tujuan dari penulisan masalah ini yaitu: Mengetahui bagaimana proses dan pola perkembangan bahasa seorang anak

BAB II
PEMBAHASAN
  1. PENGERTIAN PERKEMBANGAN INDIVIDU
Santrock Yussen (1992) mengatakan bahwa perkembangan merupakan pola perkembangan individu yang berawal pada masa konsepsi dan terus berlanjut sepanjang hayat dan bersifat involusi. Manusia berkembang tidak hanya dari masa kelahiran saja tetapi dari masa konsepsi manusia sudah mulai berkembang.Perkembangan bersifat kualitatif dan kuantitatif, artinya proses perkembangan ada yang dapat diukur dan adapula yang tidak dapat diukur. Misalnya perkembangan otak manusia tidak dapat kita lihat proses perkembangannya, yang kita lihat adalah gejala-gejalanya
  1. PENGERTIAN BAHASA
Bahasa merupakan media komunikasi yang digunakan untuk menyampaikan pesan, pendapat, perasaan dengan menggunakan simbol-simbol yang disepakati bersama, kemudian kata dirangkai berdasarkan urutan membentuk kalimat yang bermakna dan mengikuti aturan atau tata bahasa yang berlaku dalam suatu komunitas atau masyarakat, Bahasa dapat dibedakan menjadi 3, yaitu bahasa lisan, bahasa tulis, dan bahasa isyarat.

  1. PERKEMBANGAN BAHASA ANAK
Keterampilan dalam berbahasa memiliki 4 aspek atau ruang lingkup, yaitu:
1. Keterampilan mendengarkan
2. Keterampilan berbicara
3. Keterampilan membaca
4. Keterampilan menulis

Di sekolah dasar, keterampilan mendengarkan meliputi kemampuan memahami bunyi bahasa, perintah, dongeng, drama, petunjuk, denah, pengumuman, beruta, dan konsep materi pelajaran. Keterampilan berbicara meliputi kemampuan mengungkapkan pikiran, perasaan, dan informasi secara lisan mengenai perkenalan, tegur sapa,pengenalan benda, fungsi anggota tubuh, kegiatan bertanya, percakapan, berita, deklamasi, memberi tanggapan, pendapat/saran, dan diskusi. Keterampilan membaca meliputi ketrampilan memahami teks bacaan melalui membaca intensif dan sekilas. Keterampilan menulis meliputi kemampuan menulis permulaan, dikte, mendeskripsikan benda, mengarang, menulis surat, undangan, dan ringkasan paragraf.

  1. POLA PERKEMBANGAN BAHASA ANAK
Anak dikatakan siap atau matang berbicara dan belajar bahasa apabila aspek motorik bicara (koordinasi otot bicara) dan aspek mental bicara (kemampuan berpikir) anak sudah mulai berfungsi dengan baik. Pada saat anak mulai masuk sekolah merupakan masa yang paling baik untuk belajar bahasa. Anak selalu bertanya mengenai segala yang dilihat dan ditemui dalam kehidupan sehari-hari. Anak mulai membangun kosakata yang biasanya merupakan kata benda, kata kerja, kata sifat, kata keterangan, kata merangkai/pengganti dari apa saja yang dijumpai anak dalam kehidupan sehari-hari khususnya mengenai warna, waktu, uang, dan kata popular yang digunakan kelompok anak atau teman sebaya. Selanjutnya perkembangan bahasa dengan pembentukan kalimat, dimulai dengan kalimat sederhana menjadi kalimat lengkap.
Seiring dengan pertambahan usia, kemampuan berbicara atau berbahasa anak semakin baik.
Tahapan-tahapan Umum Perkembangan Kemampuan Berbahasa Seorang Anak, Yaitu:
  • Babling
Pada usia lebih dari 3 minggu, ketika bayi merasa lapar atau tidak nyaman ia akan mengeluarkan suara tangisan. Berbeda dengan sebelumnya, tangisan yang dikeluarkan telah dapat dibedakan sesuai dengan keinginan atau perasaan si bayi.
  • Lalling
Di usia 3 minggu sampai 2 bulan mulai terdengar suara-suara namun belum jelas. Bayi mulai dapat mendengar pada usia 2 s/d 6 bulan sehingga ia mulai dapat mengucapkan kata dengan suku kata yang diulang-ulang, seperti: “ba….ba…, ma..ma….
  • Echolalia
Di tahap ini, yaitu saat bayi menginjak usia 10 bulan ia mulai meniru suara-suara yang di dengar dari lingkungannya, serta ia juga akan menggunakan ekspresi wajah atau isyarat tangan ketika ingin meminta sesuatu.

  • True Speech
Bayi mulai dapat berbicara dengan benar. Saat itu usianya sekitar 18 bulan atau biasa disebut batita. Namun, pengucapannya belum sempurna seperti orang dewasa.
Perkembangan bahasa anak usia dini terbagi atas dua periode besar, yaitu: periode Prelinguistik (0-1 tahun) dan Linguistik (1-5 tahun). Mulai periode linguistik inilah mulai hasrat anak mengucapkan kata kata yang pertama, yang merupakan saat paling menakjubkan bagi orang tua. Periode linguistik terbagi dalam tiga fase besar, yaitu:


    1. Fase satu kata atau Holofrase

Pada fase ini anak mempergunakan satu kata untuk menyatakan pikiran yang kornpleks, baik yang bcrupa keinginan, perasaan atau temuannya tanpa pcrbedaan yang jelas. Pada umumnya kata pertama yang diurapkan oleh anak adalah kata benda, setelah beberapa waktu barulah disusul dengan kata kerja.
    1. Fase lebih dari satu kata

Fase dua kata muncul pada anak berusia sekkar 18 bulan. Pada fase ini anak sudah dapat membuat kalimat sederhana yang terdiri dari dua kata. Setelah dua kata, muncullah kalimat dengan tiga kata, diikuti oleh empat kata dan seterusnya. Orang tua mulai melakukan tanya jawab dengan anak secara sederhana. Anak pun mulai dapat bercerita dengan kalimat-kalimatnya sendiri yang sederhana.


    1. Fase ketiga adalah fase diferensiasi
Periode terakhir dari masa balita yang bcrlangsung antara usia dua setengah sampai lima tahun. Keterampilan anak dalam berbicara mulai lancar dan berkembang pesat. Anak mulai dapat mengkritik, bertanya, menjawab, memerintah, memberitahu dan bentuk-bentuk kalimat lain yang umum untuk satu pembicaraan “gaya” dewasa.


Bicara merupakan salah satu alat komunikasi yang paling efektif. Semenjak anak masih bayi string kali menyadari bahwa dengan mempergunakan bahasa tubuh dapat terpenuhi kebutuhannya. Namun hal tersebut kurang mengerti apa yang dimaksud oleh anak. Oleh karena itu baik bayi maupun anak kecil stlalu berusaha agar orang lain mengcrti maksudnya. Hal ini yang mendorong orang untuk belajar berbicara dan membuktikan bahwa berbicara merupakan alat komunikasi yang paling efektif dibandingkan dengan bentuk-bcntuk komunikasi yang lain yang dipakai anak sebelum pandai berbicara.


Potensi Anak Berbicara Didukung oleh Beberapa Hal :
1) Kematangan alat berbicara.
Kemampuan berbicara juga tergantung pada kematangan alat-alat berbicara. Misalnya tenggorokan, langit-langit, lebar rongga mulut dan Iain-lain dapat mempengaruhi kematangan berbicara. Alat-alat tersebut baru dapat berfungsi dengan baik setelah sempi’rpa dan dapat membentuk atau memproduksi suatu kata dengan baik scbagai permulaan berbicara.

2) Kesiapan berbicara.
Kesiapan mental anak sangat berganrung pada pertumbuhan dan kematangan otak. Kesiapan dimaksud biasanya dimnlai sejak anak berusia antara 12-18 bulan, yang discbut teachable moment dari perkembangan bicara. Pada saat inilah anak betul-betul sudah siap untuk belajar. bicara yang sesungguhriya. Apabila tidak ada gangguan anak akan segera dapat berbicara sekalipun belum jelas maksudnya.

3) Adanya model yang baik untuk dicontoh oleh anak.
Anak dapat membutuhkan suatu model tertentu -agar dapat melafalkan kata dengan tepat untuk dapat dikombinasikan dengan kata lain sehingga menjadi suatu kalimat yang berarti. Model tersebut dapat diperoleh dari orang lain, misalnya orang tua atau saudara, dari radio yang sering didengarkan atau dari TV, atau actor film yang bicaranya jelas dan berarti. Anak akan mengalami kesulitan apabila tidak pernah memperoleh model scbagaimana disebutkan diatas. Dengan scndirinya potcnsi anak tidak dapat berkembang sebagaimana mestinya.

4) Kesempatan berlatih.
Apabila anak kurang mendapatkan latihan keterampilan berbicara akan timbul frustasi dan bahkan sering kali marah yang tidak dimengerti penyebabnya oleh orang tua atau lingkungannya: Pada gilirannya anak kurang memperoleh motivasi untuk belajar berbicara yang pada umumnya disebut “anak ini lamban” bicaranya.

5) Motivasi untuk belajar dan berlalih.
Memberikan motivasi dan melatih anak untuk berbicara sangat penting bagi annk karena untuk memenuhi kebutuhannya untuk memanfaatkan potensi anak. Orang tua hendaknya selalu berusaha agar motivasi anak untuk berbicara jangan terganggu atau tidak mendapatkan pengarahan.

6) Bimbingan.
Bimbingan bagi anak sangat. penting untuk mengembangkan potensinya. Oleh karena itu hendaknya orang tua suka memberikan contoh atau model bagi anak, berbicara dengan pelan yang mudah diikuti oleh anak dan orang tua siap memberikan kritik atau mcmbetulkan apabila dalam berbicara anak berbuat suatu kesalahan. Bimbingan tersebut sebaiknya selalu dilakukan secara terus menerus dan konsisten sehingga anak tidak mengalami kesulitan apabila berbicara dengan orang lain.
Langkah-langkah untuk membantu perkembangan bahasa anak :
1. Membaca. Buatlah kegiatan membaca menjadi menyenangkan dan menarik bagi anak dan lakukanlah setiap hari.
2. Berbicaralah mengenai kegiatan sederhana yang orang tua dan anak lakukan dengan menggunakan bahasa yang sederhana.
3. Perkenalkan kata-kata baru pada anak setiap hari, dapat berupa nama-nama tanaman, nama hewan ataupun nama makanan yang disiapkan baginya.
4. Cobalah untuk tidak menyelesaikan kalimat anak. Berikan kesempatan baginya untuk menemukan sendiri kata yang tepat yang ingin dia sampaikan.
5. Berbicaralah pada anak setiap hari, dan pandanglah mereka ketika berbicara atau mendengarkan mereka. Biarkan mereka tahu bahwa mereka sangat penting.
Berikut beberapa cara untuk menstimulasi agar perkembangan bicara batita semakin lancar dan ia gemar bicara:
• Ceritakan kesibukan Anda.
Omongkan dengan lantang apa saja yang sedang Anda kerjakan dan lemparkan pertanyaan-pertanyaan untuk batita. “Teruslah bicara, walaupun Anda nampak konyol karena batita tak bisa menjawab,” usul Pam Quinn, terapis wicara di RS Rehabilitasi Schwab, Chicago.
• Jadi ‘role model’.
Bila batita Anda mengatakan “cucu” untuk susu, gunakan pengucapan yang benar ketika Anda merespon, “Ini susumu.” Kembangkan penguasaan bahasanya dengan menambahkan kata-kata baru, misalnya “Susumu warnanya putih, enak sekali.” Strategi ini tak hanya akan menambah jumlah kosa katanya tapi juga mengajarkan cara kombinasi kata. Namun hindari mengoreksi ucapannya. “Menunjukkan kesalahan anak bisa membuatnya tak nyaman. Bahkan anak seusia itupun dapat mulai merasa bahwa apapun yang dilakukannya selalu salah di mata ibu,” kata Pam lagi.

• Berlagak “bodoh”.
Beri batita kesempatan untuk meminta dan mengungkapkan kebutuhannya sebelum Anda memberikan padanya. Contohnya, saat bermain, ia menggulirkan bola dan Anda tahu ia ingin Anda mengembalikan bola itu padanya, pura-pura saja Anda tidak mengerti, berikan ekspresi wajah bingung dan bertanya, “Ibu harus apa?” Jeda seperti ini akan menyemangatinya untuk berkomunikasi.

• Tetap nyata.
Hindari untuk mengucapkan kata berlebihan atau berbicara dalam bahasa slang atau bahasa pergaulan yang tak dimengerti balita usia 1-2 tahun. Orangtua wajib berbicara dalam kalimat-kalimat reguler dan dalam bahasa yang benar, yang akan membantu anak mengerti cara memadukan kata menjadi kalimat yang bermakna.
Keterlambatan dan bahaya (gangguan) di dalam perkembangan bicara pada anak.
Apabila anak tidak diberikan rangsangan (stimulasi) didorong untuk berceloteh, hal ini akan menghambat penggunaan didalam berbahasa/kosa kata yang baik dan benar.
Kekurangan dorongan tersebut merupakan penyebab serius keterlambatan berbicara anak terlihat dari fakta bahwa apabila orang tua tidak hanya berbicara kepada anak mereka tetapi juga menggunakan kosa kata yang lebih luas dan bervariasi,
Gangguan/bahaya didalam perkembangan bicara pada anak yaitu :
1. Kelemahan didalam berbicara (berbahasa) kosa kata
2. Lamban mengembangkan suatu bahasa/didalam berbicara
3. Sering kali berbicara yang tidak teratur
4. Tidak konsentrasi didalam menerima suatu kata (bahasa) dari orang tua/guru.
Kesalahan yang umum didalam pengucapan/bahasa (berbicara) pada anak yaitu :
1. Menghilangkan satu suku kata/lebih biasanya terletak ditengah-tengah kata contohnya : “buttfly” padahal “butterfly”.
2. Mengganti huruf/suku kata seperti “tolly” padahal “Dolly”, “handakerchief” padahal “handkerchief”.
3. Menghilangkan huruf mati yang sulit untuk diucapkan oleh anak contohnya : z,w,s,d, dan g.
4. Huruf-huruf hidup khususnya O yang paling sulit dikatakan anak (diucapkan)
5. Singkatan gabungan huruf mati yang sulit diucapkan oleh anak contohnya : “st, sk, dr, fl, str”.


  1. FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN ANAK
Meskipun pada umumnya pola perkembangan keterampilan berbahasa anak sama, namun tetapada perbedaan individual.berikut ini adalah beberapa faktor penyebab perbedaan tersebut:
1. Kesehatan
Anak yang sehat lebih cepat belajar berbicara dibandingkan dengan anak yang kurang sehat, sebab perkembangan aspek aspek motorik dan aspek mental berbicaranya lebih baik sehingga lebih siap untuk belajar berbicara.
2. Kecerdasan
Anak yang memiliki kecerdasan tinggi, akan belajar berbicara lebih baik dan memiliki penguasaan bahasa erat kaitannya dengan kemampuan berpikir.
3. Jenis kelamin
Anak perempuan lebih dalam belajar bahasa daripada anak laki-laki, baik dalam pengucapan, kosa kata maupun  keseringan berbahasa.
4. Keluarga
Semakin banyak jumlah anggota keluarga akan semakin sering anak mendengar dan berbicara. Demikian pula anak pertama lebih baik perkembangan berbicaranya karena orang tua lebih banyak memiliki waktu untuk berbicara dan berbahasa.
5. Keinginan dan Dorongan Komunikasi
Semakin kuat keinginan dan dorongan untuk berkomunikasi dengan orang lain terutama teman sebaya, akan semakin kuat pula usaha anak untuk berbicara dan berbahasa.
6. Kepribadian
Anak yang dapat menyesuaikan diri dengan baik dan memiliki kepribadian yang baik cenderung memiliki kemampuan bicara dan berbahasa lebih baik daripada anak yang mengalami masalah dalam penyesuaian



BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
      1. KESIMPULAN
Perkembangan bahasa atau komunikasi pada anak merupakan salah satu aspek dari tahapan perkembangan anak yang penting . Anak yang memiliki keterampilan berbahasa yang bagus akan mudah bergaul dan bersosialisasi. Pada saat anak mulai masuk sekolah merupakan masa yang paling baik untuk belajar bahasa. Anak selalu bertanya mengenai segala yang dilihat dan ditemui dalam kehidupan sehari-hari

      1. SARAN
  • Bimbinglah anak sejak dini dengan mendengar melihat bercerita agar perkembangan bahasanya bagus
  • Berikan arahan dan motivasi dalam setiap perkembangannya

DAFTAR PUSTAKA
Yusuf, Syamsu, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, Bandung; PT. Rosda Karya, cet-5, 2004